BERKAH DO’A PARA GURU

Dari MTQ Siak Sri Indrapura:

MEMBANGUN “ACADEMIA” DI KAMPUNG KALIGRAFI

(DidinSirojuddinAR•Lemka)

 

      Di sela2 tugas penjurian kaligrafi MTQ Kab. Siak-Riau di Kecamatan Sungai Apit, saya diundang utk meresmikan KAMPUNG KALIGRAFI di Desa Tanjung Kuras pimpinan lurah penghulu Haris. Ini ide hebat dari para alumni Pesantren Kaligrafi Alquran LEMKA dari Siak seperti Yudi Oktabari dan yg paling vokal Nur’aini yg asli kampung ini. Di atas tanah 25 x 17 m wakaf dari nenek Sepon ini, lagi dibuat bangunan kayu utk sentra belajar dan kumpul2 para khattat Siak yg akan dinakhodai oleh Adi, AMa.  Sangat menarik, duuuh…  Arealnya bertanah gambut. Hawanya  sedang dg angin terus bertiup akibat kepungan hutan sawit dan karet. Kebun nenas berderet panjang. Nampak ilalang liar yg meriwayatkan kawasan bekas rimba yg sekarang sdh jadi milik warga.

       Membuat sekolah di tengah hutan atau tempat terpencil mengingatkan saya kpd ACADEMIA (sebagai cikal-bakal Akademi) yg dibuat filosof Plato di tengah hutan kota Athena c.387 SM. Menariknya, Akademi Platonis ini bertahan sepanjang periode Hellenistik sampai berakhir setelah kematian Pillo dari Larissa pada 83 SM dan dihancurkan oleh diktator Romawi Sulla pada th 86 SM.  Kerajaan Majapahit juga muncul dari tengah hutan. Universitas Indonesia (UI) berdiri di tengah hutan Kota Depok.  Bahkan banyak pesantren besar yg dimulai dg membabat hutan dahulu. Pesantren LEMKA juga didirikan di tempat asing yg tak saya kenal sebelumnya. Ternyata, “hutan memberi banyak inspirasi” dan jadi tempat belajar ideal  karena terjauh dari segala hiruk-pikuk dan kebisingan kota. ✍📖

       Dari “academia” di bakal Kampung Kaligrafi, saya mampir juga ke sanggarnya Yudi dan Sekretariat Perkazi Riau. Ya, obrol2 tentang debut kaligrafi di daerah. Sambil asyik ngopi2 dan mencicipi kue kemojo dan pisang goreng kesukaan saya. 😄☕

       Alumni2 Lemka penggagas Kampung Kaligrafi ini menyusul alumni2 yg sudah mendirikan pesantren, sanggar atau badan usaha KALIGRAFI sebelumnya, seperti: Muhammad Assiry (Mendirikan Museum Kaligrafi Indonesia, Kampung kaligrafi Assiry Art dan PSKQ Modern, Kudus), Ery Khaeriyah (Lembaga Kaligrafi Al-Qolam Buntet Pesantren, Cirebon), Zainuddin Rais & Chusnul Khotiman (Pesantren Kaligrafer Enterpreneur Muslim Zainun lil Khattathin, Bogor), Hermawati (Sanggar Kaligrafi Ft. Zul’aifi, Jambi), Ade Setiawan & Etika Veztia (Dar el-Qolam Calligraphic Centre & CV Adsekav Karya, Padang),  Syaharuddin (LEKFIAH, Makassar), Muhammad Arif (SASKAL Al-Hasyimi, Palu), Isep Misbah & Kurnia Agung Robiansyah (PT Noctah Cipta Kreasi/Noctah Art, Banten), dan Isep Misbah (PERKAZI, Jakarta).

       Dari LEMKA dan madrasah2 kaligrafi para alumninya, ya Allah,   semoga kaligrafi Alquran tambah   berkembang di Indonesia dan dunia, li’izzil Islam wal muslimin. 

 

Tadi adalah tulisan Ustadz KH. Didin Sirojuddin AR, pendiri LEMKA yang sekaligus merupakan Guru tercinta Ustadz H. Muhammad Assiry. Tulisan tadi menceritakan alumni-alumni LEMKA yang telah berhasil mendirikan sanggar, pesantren, maupun badan usaha kaligrafi. Salah satu alumni LEMKA yang Alhamdulillah bisa mendirikan sebuah pesantren dan badan usaha kaligrafi adalah Ustadz H. Muhammad Assiry. Beliau selalu berkata kepada santri-santrinya di PSKQ Modern juga Pesantren Tahfidz Manbaul Qur’an bahwa kesuksesan beliau sekarang tidaklah terlepas dari dukungan dan do’a guru-guru tercinta. Tanpa restu dan do’a dari guru-guru tercinta, maka tidak bisa juga kesuksesan diraih seperti sekarang. Restu dan do’a guru juga yang menjadikan sebuah ilmu itu bermanfaat. Jika sebuah ilmu itu bermanfaat maka yang hadir adalah manfaat, rahmat, dan keberkahan. Intinya keridhoan guru terhadap ilmu yang didapatkan santrinya adalah kunci kesuksesan.

Ustadz H. Muhammad Assiry sendiri senantiasa menunjukkan contoh keta’dziman beliau kepada guru-guru tercintanya. salah satunya beliau tunjukkan saat Kyai Didin terbaring sakit di RS beberapa tahun lalu. Beliau menjenguk pak Kyai Didin dengan karib beliau Ustadz H. Purwanto Zain.

Untuk meraih keridhoan guru, santri harus menjaga adabnya kepada sang guru. KH. Hasyim Asy’ari memberikan beberapa nasihat agar seseorang menjadi murid/santri yang beradab. Nasihat-nasihat itu adalah:

  1. Mematuhi Aturan dan Nasihat Guru

Jika diumpamakan, hubungan guru dan murid seperti hubungan pasien dengan dokter. Apabila si pasien sakit dan membutuhkan obat, maka ia harus merujuk pada resep obat yang dianjurkan dokter.

Dengan demikian, seorang murid harus selalu berusaha keras untuk memperoleh ridha gurunya, dengan cara memberikan penghormatan dan merendahkan hati di hadapannya.

  1. Memandang Guru dengan Pandangan Kemuliaan

Murid hendaknya memandang guru sebagai sosok yang harus dimuliakan dan dihormati. Pandangan yang demikian ini adalah cara yang paling dekat bagi murid agar ilmunya bermanfaat. Misalnya, murid tidak boleh memanggil guru menggunakan kata ganti “kamu” atau “mu”. Namun, hendaknya memanggil dengan sebutan, misalnya, ya ustadzi (wahai guruku/wahai kiaiku).

  1. Mengingat Jasa-Jasa Guru

Di samping mengetahui kewajibannya kepada guru, murid juga tidak boleh melupakan jasa-jasa guru. Misalnya, seorang murid setiap selesai salatnya ia bersedia mendoakan mereka: baik ketika ia masih hidup atau setelah meninggal dunia.

Setelah wafat, hendaknya menyempatkan diri untuk berziarah ke makam gurunya untuk memohonkan ampun kepada Allah. Jika mampu, dianjurkan untuk bersedekah atas nama gurunya, agar pahala sedekah mengalir kepada guru tersebut.

  1. Menghormati Keturunan dan Orang-Orang Terdekat Guru

Selain menghormati pribadi gurunya, murid juga diajarkan untuk menjaga keturunan gurunya, para kerabatnya, dan orang-orang yang dikasihinya. Di samping itu, dianjurkan juga untuk menjaga kebiasaan positif yang telah dilakukan oleh gurunya, baik dalam masalah agama atau dalam masalah keilmuan.

  1. Sabar Menghadapi Guru

Ketika seorang guru tidak sedang dalam kondisi terbaiknya. Misalnya, sedang lesu, marah, dan salah. Seorang murid hendaknya dapat memaklumi kondisi gurunya tersebut.

Apabila guru menghukum sang murid, maka hal pertama yang dilakukan oleh sang murid adalah meminta maaf atas kesalahan yang dibuatnya karena telah membuat sang guru marah dan menyebabkan sang guru harus menghukumnya.

Semoga kita termasuk golongan santri/murid yang beradab, sehingga ilmu kita akan menjadi ilmu yang bermanfaat yang akhirnya akan membawa keberkahan bagi kita didunia juga di akhirat. Aamiin Ya Robbal Alamiin..